Liputan6.com, Jakarta - Bill Gates baru-baru ini menanggapi kepemimpinan Elon Musk di Twitter. Co-founder Microsoft itu menyebut Musk memiliki gaya pengambilan keputusan "seat-of-the-pants."
Istilah seat-of-the-pants, dikutip dari Britannica.com , bisa diartikan sebagai melakukan sesuatu hanya berdasarkan penilaian dan perasaan personal, tanpa perencanaan atau persiapan.
Baca Juga
Dalam wawancara dengan Financial Times, seperti dikutip dari Insider, Jumat (23/12/2022), Gates mengatakan Twitter memperburuk polarisasi digital.
Advertisement
Menurutnya, tidak jelas apakah tantangan untuk mengatasi polarisasi digital tergantung pada penilaian manusia atau rekayasa.
"Saya pikir, tentu saja, situasi Twitter sedang teraduk-aduk," kata Gates. "Itu, alih-alih serangkaian tindakan obyektif dilakukan sekelompok besar orang, Anda seperti melihat aktivitas seat-of-the-pants," ujarnya.
Bill Gates juga mengatakan, platform media sosial itu perlu memperhatikan apa yang menyebabkan kesalahpahaman tentang keamanan vaksin, atau apa yang memicu kerusuhan.
Sejak berada di bawah kendali Elon Musk, Twitter memang kerap kali mendapatkan kritik. Salah satu paling disorot adalah bagaimana perusahaan memangkas karyawan dalam jumlah besar.
Selain itu, salah satu keputusan disorot adalah dikembalikannya sejumlah akun figur publik kontroversial seperti Donald Trump. Padahal dia sempat diblokir dari platform, tetapi kembali ke Twitter usai lewat jajak pendapat dibuat Musk.
Elon Musk sendiri baru-baru ini mengungkapkan, dirinya akan mundur dari posisinya sebagai CEO Twitter. Hal ini ia ungkapkan setelah sempat membuat polling untuk warganet, soal nasib jabatannya di perusahaan.
Elon Musk Bakal Mundur dari CEO Twitter, Asal...
Dalam polling yang dibuatnya, survei membuktikan banyak warganet yang menginginkan dirinya mundur dari pimpinan Twitter, dengan 57,5 persen pengguna menjawab Yes.
Sementara, 42,5 persen menjawab No. Sebanyak lebih dari 17,5 juta suara pun sudah mengisi polling Elon Musk.
Meski begitu, tampaknya Elon Musk, sebagai pemilik media sosial itu akan tetap memiliki kendali langsung untuk platform tersebut. Hal ini dinyatakan CEO Tesla ini dalam cuitan terbarunya, Selasa (21/12/2022).
"Saya akan mundur sebagai CEO segera setelah saya menemukan seseorang yang cukup bodoh untuk menerima pekerjaan itu! Setelah itu, saya hanya akan menjalankan tim software & server," kata Musk.
Sejak mengambil alih kepemilikan Twitter, Elon Musk memang dikenal kerap mengeluarkan sejumlah keputusan kontroversial. Mulai dari memecat sebagian besar karyawan hingga menangguhkan akun sejumlah jurnalis.
Seakan mengerti dengan kondisi ini, dia pun membuat sebuah polling di Twitter yang meminta tanggapan para pengguna apakah dia seharusnya dia mundur dari pucuk kepemimpinan perusahaan.
"Haruskah saya mundur sebagai Head of Twitter? Saya akan mematuhi hasil polling ini," cuit Elon Musk.
Advertisement
Tak Ingin Jadi CEO
Polling yang dibuka ini seakan menegaskan cuitan Elon Musk sebelumnya. Dalam kicauan tersebut, ia menuliskan Twitter akan mengadakan pemilihan suara untuk perubahan kebijakan besar di masa depan.
"Ke depan, akan ada pemungutan suara untuk perubahan kebijakan besar. Saya minta maaf. Ini tidak akan terjadi lagi," tulis Elon Musk.
Elon Musk juga sempat menyatakan dirinya tidak ingin menjadi CEO terus menerus di perusahaan mana pun, termasuk di Twitter. Ini diungkapkannya dalam kesaksian di sebuah persidangan beberapa waktu lalu, terkait paket kompensasi besarnya di Tesla.
Persidangan ini berfokus pada apakah dewan direktur Tesla bertindak dengan tepat ketika menyetujui paket pembayaran untuk Musk yang sekarang bernilai sekitar USD 52 miliar, pada harga saham baru-baru ini.
Namun, kesaksian Musk juga meluas ke topik lain termasuk gelarnya, bagaimana dia menghabiskan waktunya, dan apakah dia mabuk saat memberikan gelar ke dirinya sendiri sebagai "technoking" Tesla di 2021.
"Saya terus terang tidak ingin menjadi CEO perusahaan mana pun," kata Musk saat menjawab pertanyaan dari pengacara yang mewakili Tesla, dikutip dari The Verge, Kamis (17/11/2022).
Alasan Tak Suka Gelar CEO
Musk menjelaskan mengapa dia tidak menyukai gelar CEO di berbagai perusahaan, mencatat dia tidak memandang perannya sebagai kepala eksekutif seperti biasanya.
"Di SpaceX, saya benar-benar bertanggung jawab atas rekayasa roket dan Tesla atas teknologi di dalam mobil yang membuatnya sukses," kata Elon. Dia mengatakan lebih lanjut, CEO sering dipandang sebagai peran yang berfokus pada bisnis.
"Tetapi kenyataannya, peran saya lebih dari seorang insinyur yang mengembangkan teknologi dan memastikan kami mengembangkan teknologi terobosan dan kami memiliki tim insinyur luar biasa yang dapat mencapai tujuan tersebut," imbuhnya.
Elon juga menegaskan kembali dia tidak berniat untuk tetap menjadi CEO Twitter selamanya, serta bakal mencari orang untuk menjalankan media sosial itu.
(Dio/Ysl)
Advertisement